Suku Madura Berasal Dari Provinsi Jawa Timur. Tapi Ternyata Bukan Termasuk Suku Jawa !

Suku Madura Berasal Dari Provinsi

Jawa Timur – Memang benar Suku Madura berasal dari Provinsi Jawa Timur, tapi tahukah kalian jikalau ternyata Suku Madura ini bukan termasuk dari Suku Jawa ?

Asal-Usul Suku Madura

Suku Madura adalah salah satu suku yang berkampung halaman di Pulau Madura (Provinsi Jawa Timur) di Indonesia, yang mana mereka dikenal ulet dan gemar merantau ke berbagai daerah. Di perantauan, orang Madura biasanya bekerja di sektor jasa dan swasta.

Menurut Totok Rochana dalam bukunya yang bertajuk Orang Madura: Suatu Tinjauan Antropologis, suku Madura pada dasarnya termasuk bagian suku Jawa.Bedanya, bahasa yang digunakan suku Madura tidak memiliki tingkatan bahasa layaknya suku Jawa.

Saat ini, populasi suku Madura kurang lebih 7,1 juta jiwa atau 3,03 persen dari total penduduk Indonesia.

Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, ramah, giat bekerja dan ulet, mereka suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang perantauan asal Madura umumnya berprofesi sebagai pedagang, misalnya: berjual-beli besi tua, pedagang asongan, dan pedagang pasar.

Madura adalah pulau yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur. Pulau ini juga memiliki suku asli yang ada sejak dahulu kala, yakni Suku Madura.

Memang benar Suku Madura berasal dari Provinsi bagian timur Jawa Timur yang biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwagi. Orang Madura yang berada di Situbondo, Bondowoso, sebelah timur Probolinggo, Utara Lumajang, dan utara Jember.

Dari beberapa daerah di atas Jumlah Suku Madura ini adalah yang paling banyak atau bisa juga disebut mayoritas akan tetapi jarang dari mereka yang bisa berbahasa Jawa, juga di daerah Surabaya Utara, serta sebagian Malang, terdapat juga Suku Madura ini jikalau mengingat suku ini adalah salah satu suku yang gemar berpindah-pindah.

Ada juga yang menetap di Bawean di negeri jiran Malaysia, Timor Leste, Brunei Darussalam misalnya juga ada, mereka ada yang menjadi penduduk tetap (sudah dapat IC/ surat tinggal selamanya.), Bahkan ada juga di negara negara Timur Tengah.

Melansir dari buku The History Of Madura karya Samsul Ma’arif, kedatangan masyarakat di Pulau Madura berawal dari bangsa berkebudayaan neolitik (zaman batu baru yang penduduknya mampu bercocok tanam), dari utara yang singgah di pulau tersebut.

Itu terjadi sekitar 4.000 tahun yang lalu atau 2.000 tahun sebelum Masehi. Itu dampak dari bertambah pesatnya kerajaan-kerajaan Cina. Karena kepesatan perkembangan kebudayaan mereka, lalu meluaskan pengaruh kekuasaannya ke arah selatan.

Hingga akhirnya, perpindahan mereka melahirkan bangsa-bangsa Proto Melayu yang pada saat itu bermukim di wilayah Burma, Siam dan Indochina. Fenomena itu menyebabkan kelompok bangsa-bangsa tersebut menjadi tercerai-berai.

Sebagian dari mereka terus pergi ke arah selatan, hingga mencapai pulau-pulau di Nusantara, termasuk Pulau Madura. Para pendatang itu lalu menetap di sana untuk kemudian menjadi nenek moyang bangsa Madura. Seperti bangsa Piah, Campa dan Jai di Kocincina.

Mereka mengacu pada apai dengan mana apoy, menyebut istrinya bine, dan memakai kata ella untuk menyatakan sudah Khusus perempuan, mereka akan mengenakan hiasan rambut berupa tusuk konde berbahan emas dan berbentuk seperti busur.

Salah satu ujungnya memiliki kepingan uang kepingan dollar. Perhiasan lainnya yang sering digunakan adalah gelang kaki berbahan emas bernama bingel. Berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya, bahasa mereka mengenal konsonan rangkap seperti bassa, cacca, daddi, kerrong dan pennai.

Leluhur orang Madura umumnya memiliki tengkorak yang celah matanya lebar mendatar dengan tulang pipi lebih menonjol. Raut muka mereka tidak begitu halus dan warna kulitnya lebih gelap.

Dari beberapa penelitian sejarah, belum dipastikan apakah sesampainya di Pulau Madura itu dapat dijumpai penduduk asli Nusantara. Jika ada, maka penduduk asli itu akan dapat dikalahkan. Sebab mereka masih berkebudayaan batu tua (paeolitik).

Adapun pendatang baru dari utara itu berkebudayaan batu baru (neolitik), seperti ditunjukkan oleh peninggalan mereka yang ditemukan di Madura. Mereka mampu mengasah batu menjadi beliung atau kapak persegi, yang dapat pula dijadikan pacul.

Setelah ratusan tahun di Madura, para pendatang baru itu beranak-pinak dan terpencar ke seluruh penjuru pulau. Bahkan, pulau-pulau kecil di sekitar Madura juga dihuni. Seperti Pulau Sepudi dan Kangean di timur, Pulau Mandangil di selat Madura dan Pulau Masalembu serta Bawean di laut Jawa.

Mereka bermukim dalam kelompok-kelompok yang besarnya ditentukan oleh kesuburan tanah atau daya dukung ekologi setempat. Beberapa kelompok jumlahnya sampai ratusan orang. Sehingga, mereka membentuk satuan-satuan tersendiri, namun masih terikat oleh kesamaan bahasa.

Kerajaan-kerajaan di Madura

Dalam perdagangan, orang Madura hanya menjadi perantara karena keterbatasan sumber daya alam. Hal ini juga yang menyebabkan kerajaan-kerajaan di Madura tidak bisa berdiri sejajar dengan Jawa.

Madura selalu menjadi bawahan atau bagian dari kekuasaan Jawa. Mulai zaman Kalingga, Mataram kuno bahkan sampai Mataram Islam. Meski diwarnai dengan banyaknya pemberontakan, Madura tetap menjadi negara bawahan kerajaan besar di Jawa.

Penamaan Madura

Menurut seorang akademisi, Mardiwarsito, kata Madura dalam bahasa Sansekerta berarti permai, indah, molek, cantik, jelita, manis, ramah-tamah dan lemah-lembut. Nama pulau itu mungkin pula diilhami dan diambil dari Madura, sebutan suatu daerah serupa di India Selatan yang juga beriklim kering.

Jadi, memang benar Suku Madura berasal dari Provinsi Jawa Timur. Dan begitulah asal-usul Suku Madura. Kini, Suku Madura telah menjadi salah satu suku terbesar di Indonesia dengan 7.179.356 jiwa atau 3,03 persen total penduduk Indonesia.

|Baca Juga : Suku-Suku Di Pulau Papua Beserta Keunikannya

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *