12 Jenis Rumah Limasan Serta Filosofinya

Rumah Limasan merupakan bentuk dan sebutan untuk rumah adat Jawa, khususnya Jawa Tengah namun di daerah Jawa Timur juga beberapa daerah di Jawa Barat bahkan di daerah Bali dan Madura juga terdapat rumah limasan namun dengan sebutan dan sistim kontruksi yang sedikit berbeda.

Bangunan ini memiliki sistim struktur knockdown yang sangat simple, sehingga sistim tersebut masih dipakai sampai saat ini.

Sambungan-sambungan kayu diperkuat dengan sistim sundhuk, sehingga kelenturan daya elastisitas material kayu dapat memberikan gerakan-gerakan tertentu, yang dapat meredam getaran atau goncangan akibat dari pergeseran tanah atau gempa bumi.

Hal ini dimungkinkan, karena mereka belajar dari nenek moyang mereka terdahulu yang sudah merasakan bahaya gempa bumi terhadap bangunan.

Pembelajaran sistim sederhana ini harus dilestarikan sebagai nilai sejarah dan nilai estetika struktur harus dikembangkan sebagai sistim-sistim yang lebih modern.

Rumah Limasan memiliki bentuk yang sederhana seperti bentuk rumah pada umumnya. Namun terdapat sedikit keunikan pada kontruksi bangunannya yang dapat dibongkar pasang, tanpa merusak keadaan rumah tersebut. Hal inilah yang membuat rumah limasan terkesan unik.

Bentuknya yang sederhana membuat derajat rumah limasan menjadi netral, maksudnya adalah rumah ini dapat dimiliki oleh orang kalangan bawah hingga kalangan atas.

Bermacam-macam bentuk ornamen dan tambahan-tambahan fungsionalitas serta material-material menjadikan perbedaan karakter dan tingkatan penghuni rumah tersebut.

Rumah adat limasan yang berasal dari Jawa Tengah ini memiliki 12 ragam jenis yang berbeda yaa, jadi tidak hanya 1 jenis saja..

Berikut ragam jenis dan karakteristik rumah limasan:

1. Limasan Trajumas

Jenis yang pertama namanya limasan Trajumas, adapun bentuk tubuh bangunannya menggunakan bentuk persegi seperti bentuk rumah limasan lainnya, sementara tiang penyangga rumah limasan Trajumas beragam jumlahnya tergantung pada besar kecilnya bangunan.

Di bagian tengah pada tiang-tiang terdapat sebuah ander (balok kayu yang terletak di bagian paling atas dalam suatu bangunan) yang berfungsi sebagai pembagi ruangan.

Rumah adat limasan Trajumas memiliki versi yang telah dimodifikasi atau telah dikembangkan menjadi rumah adat limasan Trajumas Lawakan yang akan dibahas di bawah ini.

2. Limasan Trajumas Lawakan

Bangunan ini merupakan hasil perkembangan dari model limasan Trajumas sebelumnya, hanya saja perbedaan paling jelas terlihat pada bale-bale atau “emper” di sekeliling bangunannya.

Tiang yang digunakan sebanyak 20 buah dan atapnya terdiri atas empat belas sisi yang masing-masing bersusun dua dan satu hubungan.

Bangunan hanya dibuat sedikit berbeda dari rumah limasan Trajumas kemungkinan disengaja karena mungkin hanya ingin dibuat sedikit lebih menawan, mengingat ini adalah hasil modifikasi dari rumah limasan Trajumas.

3. Limasan Lambang Gantung

Nama lain dari rumah tradisional ini adalah “Limasan Trajumas Lambang Gantung” karena bagian empernya atau halamannya tidak terhubung langsung dengan tiang utama.

Bagian rumah limasan yang satu ini cukup unik dengan atapnya yang memiliki empat sisi berbentuk trapesium dan emperan yang cukup luas membuat aktifitas jauh lebih menyenangkan.

Beberapa model lainnya dari jenis ini bisa anda temukan dengan atap emperannya yang menggantung, disebabkan tidak langsung terhubung dengan tiang penopang.

4. Limasan Lambang Sari

Limasan Lambang Sari adalah model rumah limasan yang memiliki bentuk khusus dan berbeda jika dibandingkan dengan rumah adat lainnya.

Ciri khasnya tampak pada balok yang berada pada bagian atapnya yang digunakan untuk menyambung antara “atap berujung” dan “penanggap. Bangunan ini juga hadir dengan jumlah tiang penyangga yang cukup banyak yakni enam belas tiang.

5. Limasan Lambang Teplok

Limasan jenis ini dilengkapi dengan empat sisi atap yang membuat bukaan rumah terlihat lebih lebar. Sehingga dengan bukaan rumah semakin lebar maka membuat sirkulasi udara semakin membaik, adem, dan semakin nyaman.

Limasan Lambang Teplok memiliki bentuk yang familiar dan biasa dijumpai di daerah kampung atau pedesaan.

Selain itu, Limasan Lambang teplok juga dilengkapi dengan regangan di antara atap berunjung dan atap penanggap yang menjadi privilege tersendiri bagi bangunan tersebut yaitu desain rumah menjadi terlihat lebih gagah jika dibandingkan dengan bangunan lainnya.

6. Limasan Pacul Gowang

Ciri bangunan ini yaitu memakai sebuah atap emper yang terletak pada salah satu sisi panjangnya. Sedangkan pada sisi lain diberi atap cukit (bentuk seperti garpu) atau tritisan (atap tambahan yang berdiri sendiri) dan pada sisi samping bangunannya diberi atap tribal (motif kebudayaan/suku)

Bangunan ini memiliki bentuk persegi panjang dengan menggunakan saka (tiang) dengan jumlah yang cukup banyak yakni 12 saka, 15 saka, 18 saka, dst.. (kelipatan tiga).

Konstruksi bagian atapnya memiliki sedikit perbedaan dengan jenis limasan lainya yaitu pada satu sisinya yang ditambah emper beratap dengan dua susunan, satu bubungan (garis horizontal yang memanjang di bagian atas kedua lereng atap. Ini bisa sepanjang keseluruhan atap) dan satu tanpa tutup keong.

7. Limasan Cere Gancet

Limasan Cere Gancet merupakan gabungan dari dua bangunan limasan Pacul Gowang. Cara menggabungkannya yakni dengan cara menghubungkan bagian emper dari kedua bangunan Pacul Gowang.

Pada titik pertemuan bagian empernya itu dibuatkan saluran air atau talang yang bertujuan untuk menerima aliran dari atasnya (dua bagian emper yang bertemu) untuk kemudian menyalurkan alirannya ke tempat yang telah ditentukan.

Mengingat bangunan limasan Cere Gancet adalah gabungan dari dua limasan Pacul Gowang yang menggunakan saka dengan jumlah yang cukup banyak maka saka pada bangunan ini akan menjadi dua kali lipat lebih banyak yakni dengan 20 saka, 24 saka, 28 saka, dst.. (kelipatan 4)

8. Limasan Klabang Nyander

Limasan jenis ini tidak jauh berbeda dengan jenis limasan lainnya, namun memiliki sedikit perbedaan yang terdapat pada pengeretnya dengan jumlah lebih dari empat pengeret, sehingga membuat bangunan ini terlihat panjang.

Saka (tiang) yang digunakan pada bangunan ini paling sedikit menggunakan 4 saka tapi bisa juga sampai 24 saka, 28 saka, dan seterusnya. Pada susunan atapnya, bangunan ini nyaris menyerupai susunan atap limasan jenis lainnya terutama limasan apitan yang akan dibahas di bawah ini.

9. Limasan Apitan Pengapit

bangunan limasan jenis ini hanya memakai 4 saka dan sebuah ander (balok kayu yang terletak di bagian paling atas dalam suatu bangunan) yang menopang suwunan atau molo pada bagian tengah bangunan ini dan bentuk trapesium terdapat bagian tengah di antara ke empat sisi atapnya

10. Limasan Semar Tinandhu

Salah satu ciri khas limasan jenis ini adalah mempunyai nuansa yang memberi rasa teduh dan damai. Sebenarnya seluruh jenis rumah limasan mempunyai nuansa tersebut akan tetapi pada jenis limasan yang satu ini sangat terasa sekali jika dibandingkan dengan jenis-jenis limasan lainnya.

Atap berunjung pada bangunan ini tidak langsung ditumpu pada saka utama tetapi ditumpu oleh tiang atau saka yang bertopang pada blandar. Total saka pada bangunan ini berjumlah enam belas saka yang di antaranya terdiri dari empat saka pembantu dan empat saka utama yang ditempatkan di tengah.

Rumah ini hadir dengan satu bubungan (garis horizontal yang memanjang di bagian atas kedua lereng atap. Ini bisa sepanjang keseluruhan atap) dan susunan atap yang terdiri dari empat atap emper yang tersusun dua tingkat dengan atap pokok pada bangunan.

11. Limasan Gajah Njerum

Rumah limasan Gajah Njerum adalah variasi unik dari bentuk rumah limasan konvensional yang diperkaya dengan dua bangunan emper yang diletakkan di kedua sisi panjangnya.

Konstruksinya menggunakan sejumlah saka atau tiang dengan jumlah yang bervariasi yakni dengan jumlah awal 12 saka, 16 saka, 20 saka, dst.. (kelipatan empat). Kemudian bagian atapnya terdiri dari tiga belah sisi yang tersusun dalam dua lapisan.

12. Limasan Gajah Mungkur

Rumah limasan Gajah Mungkur memiliki struktur rumah limasan dengan separuh bagian bangunannya yang mirip dengan bentuk rumah adat kampung. Bagian yang menyerupai rumah adat kampung ini dilengkapi dengan atap yang berbentuk seperti tutup keong.

Bangunan ini juga biasanya diberi tambahan emper pada salah satu sisi bangunannya yang berbentuk limasan, sementara desain bangunan ini menggunakan elemen-elemen rumah adat kampung dan rumah adat limasan.

Kontruksinya melibatkan penggunaan 8 saka, 10 saka, atau lebih banyak saka ditambah satu bubungan pada atapnya.

13. Perbedaan Rumah Limasan Dengan Rumah Joglo

Penting untuk memahami beragam jenis rumah tradisional, karena banyak di antaranya memiliki filosofi dan ciri khasnya sendiri. Hal ini juga berlaku untuk beberapa rumah tradisional Jawa, seperti joglo dan limasan.

Rumah-rumah tradisional ini memiliki berbagai jenis dan keunggulan yang mencolok. Mereka tidak hanya mempertahankan tradisi dalam desainnya, tetapi juga biasanya dibangun tanpa campuran unsur-unsur modern.

Konstruksinya terbuat dari kayu berkualitas tinggi yang memiliki kemampuan untuk meredam gempa. Selain itu, rumah-rumah tradisional Jawa ini memiliki banyak keunggulan dan ciri khas lainnya. Salah satu fitur yang mencolok adalah ruangan yang luas yang menjadi ciri khas utama rumah tradisional tersebut.

Rumah Limasan

Setiap bagian dari rumah limasan memiliki peran dan fungsi yang khusus, sebagaimana halnya dengan bangunan adat tradisional lainnya. Mereka memiliki perbedaan dalam hal bentuk, ukuran, dan desain. Selain keragaman jenisnya, rumah tradisional Jawa ini terdiri dari beberapa bagian yang memiliki peran uniknya sendiri.

Keistimewaan Rumah Limasan

Ciri khas yang mencolok pada rumah limasan terletak pada struktur atapnya. Atap rumah ini memiliki bentuk trapesium dan segitiga sama kaki yang membentuk keseluruhan seperti limas. Biasanya, rumah limasan memiliki empat atap.

Dua atap pertama disebut “kejen” atau “cocor,” sementara dua atap berikutnya memiliki bentuk jajar genjang sama kaki. Atap “kejen” memiliki bentuk segitiga sama kaki yang mirip dengan bentuk atap keong, meskipun memiliki fungsi yang berbeda.

Seiring perkembangan zaman, ada juga penambahan elemen yang disebut “empyak emper” (atap emper) pada sisi rumah tradisional ini.

Untuk lebih memahami bangunan tradisional Jawa, penting untuk memahami perbedaan antara jenis rumah limasan dan rumah joglo. Keduanya memiliki karakteristik yang unik.

Perbedaan Rumah Adat Limasan Joglo

Untuk mengetahui perbedaan secara lebih rinci, pertama dimulai dengan rumah Joglo. Rumah tradisional dari Jawa ini pada umumnya terbuat dari kayu jati. Ciri khas rumah ini terdapat pada bentuk atapnya yang menyerupai bentuk gunung bernama atap tajug. Menurut masyarakat Jawa pada masa lalu, gunung merupakan simbol dari segala bentuk yang sakral.

Dari bentukan itulah maka muncul istilah Joglo, yang berasal dari kata tajug dan loro yang artinya dua tajug yang bergabung. Sementara itu, rumah limasan juga biasa dikenali dengan sebutan rumah joglo limasan atau joglo lawakan. Bila dilihat sekilas, bentuk rumah joglo mirip dengan limasan. Perbedaannya ada pada bagian atap rumah limasan yang terlihat mirip dengan atap rumah tradisional Sumatera Selatan.

Struktur rangka pada rumah limasan berupa batang-batang kayu yang kemudian disusun dengan sistem kubus beratap limas. Bangunan dengan gaya limasan tergolong fleksibel, dimana sambungan antar kayu tidak saling kaku. Sehingga bangunan dengan gaya ini dapat digunakan di daerah yang rawan gempa.

|Baca juga: Macam-macam Rumah Adat Joglo

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *