Rumah Adat Jawa Tengah

rumah adat jawa tengah

Rumah Adat Jawa Tengah – Jawa Tengah memiliki sejumlah rumah adat yang memiliki ciri khas tersendiri. Selain unik dan berbeda dari provinsi lainnya, rumah adat Jawa Tengah juga memiliki makna filosofis yang sesuai dengan ajaran hidup masyarakat Jawa.

Rumah adat Jawa Tengah bukan hanya sebagai hunian, tapi juga sebagai refleksi budaya masyarakat Jawa Tengah dan juga memiliki ciri khas arsitektur unik, yang sering kali dipengaruhi oleh budaya Jawa dan Hindu.

Maka dari itu pembangunan rumah adat Jawa Tengah memiliki arti mendalam bagi masyarakatnya.

Rumah Adat Joglo

rumah joglo

Rumah Joglo adalah salah satu tipe rumah adat Jawa Tengah yang paling terkenal. Rumah ini memiliki atap tumpang tiga dengan tiang-tiang yang besar.

Atapnya sering kali dihiasi dengan ukiran-ukiran artistik. Rumah Joglo biasanya digunakan untuk keperluan yang penting, seperti upacara adat, pernikahan, atau tempat tinggal bangsawan.

Rumah Adat Limasan

Tak hanya Joglo, rumah adat Limasan asal Jawa Tengah juga masih diminati hingga saat ini. Keunikan bangunan ini diambil dari gaya atapnya yang memiliki bentuk limas, jadi sesuai dengan namanya yang berarti rumah tradisional berbentuk limas.

Rumah ini sering kali digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah sebagai rumah tinggal karena memiliki ruang yang luas.

Adapun bentuk tubuh bangunannya tetap menggunakan bentuk persegi seperti bangunan lainnya, sementara tiang penyangga rumah Limasan beragam tergantung pada besar-kecilnya bangunan.

Sebenarnya Rumah adat Limas yang berasal dari Jawa Tengah ini memiliki 2 jenis, jadi bukan hanya satu jenis saja ya. Berikut ke 12 jenis Rumah Adat Limasan Khas Jawa Tengah:

Limasan Trajumas

rumah limasan trajumas
blogger.googleusercontent.com

Jenis rumah Limasan ini hanya memiliki enam buah tiang yang dijadikan sebagai struktur pokoknya. Kemudian di tengah ke enam tiang tersebut terdapat sebuah ander (balok kayu yang terletak paling atas dalam suatu bangunan) yang digunakan sebagai pembagi ruangan dengan ukuran yang sama.

Limasan Trajumas Lawakan

Sebetulnya bangunan ini merupakan hasil perkembangan dari model Trajumas sebelumnya, hanya saja perbedaan paling jelas terlihat dari bale-bale atau “emper” di sekeliling bangunannya.

Limasan Lambang Gantung

Nama lain dari rumah tradisional ini adalah “Limasan Trajumas Lambang Gantung” karena bagian empernya atau halamannya tak terhubung langsung ke tiang agama.

Bagian rumah Limasan yang satu ini cukup unik dengan atapnya yang memiliki empat sisi berbentuk trapesium dan emperan yang cukup luas membuat aktifitas jauh lebih menyenangkan.

Limasan Lambang Sari

Limasan Lambang Sari adalah model rumah adat tradisional yang memiliki bentuk khusus dibandingkan rumah adat limasan lainnya.

Ciri rumah adat limasan yang satu ini tampak dari bagian atapnya yang mempunyai balok untuk menyambung antara “atap berujung” dan “atap penanggap”.

Bangunan ini juga hadir dengan jumlah tiang penyangga yang cukup banyak yakni 16 tiang.

Keseluruhan Limasan lambang Sari menggunakan serat kayu material kayu keras dengan serat yang kuat seperti kayu jati, sonokeling, atau kayu nangka.

Limasan Lambang Teplok

rumah adat limasan lambang teplok

Limasan jenis ini dilengkapi dengan 4 sisi atap, sehingga dengan adanya 4 sisi atap membuat bukaan rumah semakin lebar dan membuat sirkulasi udara semakin baik, adem, dan semakin nyaman.

Limasan Pacul Gowang

Ciri bangunan ini yaitu memakai sebuah atap emper yang terletak pada salah satu sisi panjangnya. Sedangkan pada sisi lain diberi atap cukit (bentuk seperti garpu) atau tritisan (atap tambahan yang berdiri sendiri) dan pada sisi samping bangunannya diberi atap tribal (motif kebudayaan/suku)

Bangunan ini memiliki bentuk persegi panjang dengan menggunakan saka (tiang) dengan jumlah yang cukup banyak yakni 12 saka, 15 saka, 18 saka, dst.. (kelipatan tiga).

Konstruksi bagian atapnya memiliki sedikit perbedaan dengan jenis limasan lainya yaitu pada satu sisinya yang ditambah emper beratap dengan dua susunan, satu bubungan (garis horizontal yang memanjang di bagian atas kedua lereng atap. Ini bisa sepanjang keseluruhan atap) dan satu tanpa tutup keong.

Limasan Cere Gancet

Limasan Cere Gancet merupakan gabungan dari dua bangunan limasan Pacul Gowang. Cara menggabungkannya yakni dengan cara menghubungkan bagian emper dari kedua bangunan Pacul Gowang.

Pada titik pertemuan bagian empernya itu dibuatkan saluran air atau talang yang bertujuan untuk menerima aliran dari atasnya (dua bagian emper yang bertemu) untuk kemudian menyalurkan alirannya ke tempat yang telah ditentukan.

Mengingat bangunan limasan Cere Gancet adalah gabungan dari dua limasan Pacul Gowang yang menggunakan saka dengan jumlah yang cukup banyak maka saka pada bangunan ini akan menjadi dua kali lipat lebih banyak yakni dengan 20 saka, 24 saka, 28 saka, dst.. (kelipatan 4)

Limasan Klabang Nyander

Limasan jenis ini tidak jauh berbeda dengan jenis limasan lainnya, namun memiliki sedikit perbedaan yang terdapat pada pengeretnya dengan jumlah lebih dari empat pengeret, sehingga membuat bangunan ini terlihat panjang.

Saka (tiang) yang digunakan pada bangunan ini paling sedikit menggunakan 4 saka tapi bisa juga sampai 24 saka, 28 saka, dan seterusnya. Pada susunan atapnya, bangunan ini nyaris menyerupai susunan atap limasan jenis lainnya terutama limasan apitan yang akan dibahas di bawah ini.

Limasan Apitan Pengapit

bangunan limasan jenis ini hanya memakai 4 saka dan sebuah ander (balok kayu yang terletak di bagian paling atas dalam suatu bangunan) yang menopang suwunan atau molo pada bagian tengah bangunan ini dan bentuk trapesium terdapat bagian tengah di antara ke empat sisi atapnya.

Limasan Semar Tinandhu

Salah satu ciri khas limasan jenis ini adalah mempunyai nuansa yang memberi rasa teduh dan damai. Sebenarnya seluruh jenis rumah limasan mempunyai nuansa tersebut akan tetapi pada jenis limasan yang satu ini sangat terasa sekali jika dibandingkan dengan jenis-jenis limasan lainnya.

Atap berunjung pada bangunan ini tidak langsung ditumpu pada saka utama tetapi ditumpu oleh tiang atau saka yang bertopang pada blandar. Total saka pada bangunan ini berjumlah enam belas saka yang di antaranya terdiri dari empat saka pembantu dan empat saka utama yang ditempatkan di tengah.

Rumah ini hadir dengan satu bubungan (garis horizontal yang memanjang di bagian atas kedua lereng atap. Ini bisa sepanjang keseluruhan atap) dan susunan atap yang terdiri dari empat atap emper yang tersusun dua tingkat dengan atap pokok pada bangunan.

Limasan Gajah Njerum

Rumah limasan Gajah Njerum adalah variasi unik dari bentuk rumah limasan konvensional yang diperkaya dengan dua bangunan emper yang diletakkan di kedua sisi panjangnya.

Konstruksinya menggunakan sejumlah saka atau tiang dengan jumlah yang bervariasi yakni dengan jumlah awal 12 saka, 16 saka, 20 saka, dst.. (kelipatan empat). Kemudian bagian atapnya terdiri dari tiga belah sisi yang tersusun dalam dua lapisan.

Limasan Gajah Mungkur

Rumah limasan Gajah Mungkur memiliki struktur rumah limasan dengan separuh bagian bangunannya yang mirip dengan bentuk rumah adat kampung. Bagian yang menyerupai rumah adat kampung ini dilengkapi dengan atap yang berbentuk seperti tutup keong.

Bangunan ini juga biasanya diberi tambahan emper pada salah satu sisi bangunannya yang berbentuk limasan, sementara desain bangunan ini menggunakan elemen-elemen rumah adat kampung dan rumah adat limasan.

Kontruksinya melibatkan penggunaan 8 saka, 10 saka, atau lebih banyak saka ditambah satu bubungan pada atapnya.

Rumah Adat Panggung

rumah panggung
rancangrekaruang.id

Rumah Panggung adalah rumah tradisional Jawa Tengah yang dibangun di atas tiang-tiang kayu. Hal ini dilakukan untuk menghindari banjir dan hama seperti hewan liar dan sebagainya.

Rumah Panggung biasanya juga memiliki ruang bawah untuk berbagai keperluan, seperti menyimpan barang atau ternak, sementara ruang di atasnya digunakan sebagai ruang tinggal.

Rumah Adat Tajug

Rumah Adat Tajug adalah rumah Adat untuk IbadahTajug adalah salah satu jenis rumah adat yang memiliki konsep yang berbeda dibandingkan dengan rumah-rumah adat lainnya.

Tajug dirancang bukan untuk dihuni, melainkan khusus digunakan untuk pelaksanaan ibadah.Oleh karena itu, pembangunan rumah adat Tajug harus mematuhi aturan dan norma yang ketat.

Salah satu contoh Tajug yang terkenal di Indonesia adalah Masjid Agung Demak. Selain itu, terdapat beberapa varian rumah adat Tajug yang dikenal, seperti Lambang Sari, Mangkurat, Semar Tinandhu, dan Semar Sinongsong.

Bentuk atap Tajug hampir mirip dengan atap rumah adat Joglo, dengan ujung atap berbentuk segitiga yang melambangkan keabadian dan kesatuan dengan Tuhan.

Itu dia 5 macam rumah adat Jawa Tengah dan penjelasanya. Selain rumah adat Jawa Tengah, masih banyak lagi rumah adat yang sangat unik yang perlu kamu ketahui. Tentunya, ini akan menambah wawasan kamu dalam mengenal budaya Indonesia yang sangat kaya.

|Baca juga : 12 Jenis Rumah Limasan Serta Filosofinya

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *