Inilah 9 Rumah Adat Jatim Selain Rumah Joglo yang wajib kamu ketahui !

rumah adat jatim

Rumah Adat Jatim – Jika pertama kali disuruh menyebutkan rumah adat Jatim, sebagian besar di antara kita pasti akan menjawab Rumah Joglo.

Meskipun tidak salah, akan tetapi ternyata masih terdapat beragam jenis rumah adat Jawa Timur lainnya loh yang tentunya memiliki keunikannya masing-masing.

Nah, berikut ini adalah beberapa rumah Adat Jatim lainnya lengkap dengan penjelasannya. Semoga dapat menambah wawasan ya!

Rumah Adat Jatim

Bentuk dan desain rumah adat Jawa Timur dipengaruhi oleh suku-suku yang mendiami daerah ini, seperti suku Madura, Tengger, Osing, dan Bawean.

Mari sama-sama kita kenali berbagai jenis rumah adat Jawa Timur berikut ini!

Baca Juga: https://faber.my.id/ini-dia-7-macam-jenis-dan-perbedaan-rumah-adat-sumatera-selatan/

Rumah Adat Jatim: Rumah Osing

rumah adat jatim

Rumah adat ini terkenal dengan atap berbentuk tanduk kerbau yang memiliki tiga tingkatan, yaitu cerocogan, baresan, dan tikel balung.

Cerocogan menjadi atap yang umumnya digunakan oleh masyarakat kurang mampu, sementara baresan menjadi pilihan atap bagi masyarakat ekonomi menengah, dan tikel balung menjadi atap bagi masyarakat ekonomi tinggi.

Namun, sekarang sebagian besar rumah penduduk telah menggunakan kombinasi dari ketiga jenis atap tersebut. Untuk pembagian ruang, ketiganya memiliki struktur yang serupa dengan empat ruang, termasuk Hek/baleh (pembatas), Ampet (teras), Jerumah (ruang tengah), dan Pawon (dapur).

Pada bagian atapnya, rumah adat Osing menggunakan genting dari gerabah seperti umumnya, dan alasnya masih berlantai tanah. Menurut informasi dari web resmi Universitas Muhammadiyah Surakarta, jenis-jenis atap ini dulunya digunakan sebagai penanda strata sosial di masyarakat Suku Osing.

Rumah Adat Jatim: Rumah Joglo Sinom

rumah adat jatim

Rumah adat Joglo Sinom termasuk dalam jenis rumah adat Jawa Timur, sejenis dengan Joglo. Namun, perbedaannya terletak pada statusnya sebagai salah satu bangunan rumah adat yang berasal dari Jawa Timur.

Konsep dasarnya mengadopsi rumah Joglo yang telah mengalami perkembangan pesat saat ini. Desainnya mencakup teras keliling dengan setiap sisinya dibuat tinggi dan bertingkat.

Rumah adat Jawa Timur ini memiliki struktur dengan 36 saka atau tiang, di mana 4 di antaranya merupakan saka guru atau tiang utama. Seperti halnya rumah Joglo umumnya, rumah ini juga memiliki area-area khusus yang disebut: Senthong tengen, Senthong kiwa, Senthong tengah.

Rumah Adat Jatim: Rumah Joglo Bucu (Ponorogo)

rumah adat jatim

Rumah Adat Jatim: Rumah Tengger (Probolinggo)

rumah adat jatim

Rumah adat Jawa Timur berikutnya berasal dari Suku Tengger. Keunikan rumah adat ini terletak pada atapnya yang bertumpuk, tinggi, dan meruncing. Bagian depannya dilengkapi dengan tempat duduk yang disebut bale-bale.

Yang menarik, masyarakat Suku Tengger cenderung membangun rumah ini berdekatan satu sama lain. Ciri khas lain dari rumah adat Tengger adalah polanya yang tidak teratur, disusun secara gerombolan, dan ditempatkan berdekatan.

Rumah-rumah ini biasanya dipisahkan oleh jalur pejalan kaki yang sempit, bertujuan untuk menghalangi angin besar dan cuaca ekstrem. Dengan pola ini, angin tidak dapat dengan bebas menerjang rumah karena terhalang oleh kumpulan rumah tersebut.

Tindakan ini juga mencerminkan solidaritas masyarakat untuk saling melindungi satu sama lain.

Rumah Adat Jatim: Rumah Limasan Lambang Sari

rumah adat jatim

Rumah adat Jawa Timur ini dikenal dengan nama limasan lambang sari, yang memiliki bentuk limas atau persegi panjang khas rumah adat Jawa. Keunikan rumah adat Jawa Timur ini terletak pada konstruksi pembentuk atapnya yang menggunakan balok penyambung.

Rumah ini memiliki 16 tiang dan atap dengan empat sisi. Dengan cermat, dapat diperhatikan bahwa keempat sisi atap ini dihubungkan oleh satu bubungan yang kuat.

Pondasinya berbentuk umpak, yaitu alas tiang bangunan yang terbuat dari batu, dengan purus di tengah tiang bawah untuk mengunci tiang bangunan. Keunikan inilah yang membuat limasan lambang sari berbeda dari bangunan dengan konsep serupa.

Rumah Adat Jatim: Rumah Limas Trajumas

rumah adat jatim

Rumah Adat Jawa Timur selanjutnya adalah limasan Trajumas, bentuk tubuh bangunannya menggunakan bentuk persegi, sementara tiang penyangga rumah limasan Trajumas beragam jumlahnya tergantung pada besar kecilnya bangunan.

Di bagian tengah pada tiang-tiang terdapat sebuah ander (balok kayu yang terletak di bagian paling atas dalam suatu bangunan) yang berfungsi sebagai pembagi ruangan.

Rumah adat limasan Trajumas memiliki versi yang telah dimodifikasi atau telah dikembangkan menjadi rumah adat limasan Trajumas Lawakan yang akan dibahas di bawah ini.

Rumah Adat Jatim: Rumah Limas Trajumas Lawakan

rumah adat jatim

Bentuk rumah adat Jawa Timur ini merupakan hasil perkembangan dari model rumah Limasan Trajumas dengan penambahan emperan pada sekeliling bangunan.

Perbedaannya terletak pada kemiringan atap pokok dan penambahan tiang di bagian tengah yang menyebabkan terbentuknya dua rong-rongan di ruang dalam. Atap rumah Limasan ini memiliki empat sisi yang masing-masing tersusun dari dua atap.

Dengan struktur utama berupa 20 tiang, bangunan ini menjadi simetris. Material utama pembangunan rumah ini adalah kayu serat yang kuat dan dapat menerima gaya tekan serta gaya tarik.

Beberapa jenis kayu yang sering digunakan antara lain kayu jati, glugu, nangka, sonokeling, dan beberapa jenis kayu serat lainnya.

Rumah Adat Jatim: Rumah Dhurung (Bawean)

rumah adat jatim

Berbeda dengan rumah adat Jawa Timur sebelumnya, Rumah Adat Dhurung memiliki pondasi berbentuk gubuk. Atap rumah ini dibuat dari rumbai daun pohon atau dheun. Rumah Adat Dhurung biasanya digunakan sebagai tempat beristirahat setelah bekerja di ladang atau sawah.

Rumah adat Jawa Timur ini terletak di bagian depan rumah dengan ukuran bervariasi dari kecil hingga besar, tergantung pada pemilik rumah tersebut. Selain berfungsi sebagai tempat beristirahat, Rumah Adat Dhurung juga digunakan untuk bersosialisasi dan bahkan mencari jodoh.

Bangunan ini umumnya diletakkan pada area samping atau depan rumah, tetapi jika Dhurung dibuat berukuran besar, bisa juga digunakan sebagai lumbung padi. Uniknya, rumah ini dihiasi dengan ukiran indah, sementara jebakan tikus (jhelepang) dipasang untuk melindungi tanaman padi warga.

Rumah Adat Dhurung yang masih ada saat ini dapat ditemukan di Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak, hingga Kabupaten Gresik.

Rumah Adat Jatim: Rumah Tanean Lanjhang (Madura)

rumah adat jatim

Tanean Lanjhang adalah rumah adat Madura yang memiliki arti halaman panjang. Bangunan ini merupakan hunian tradisional masyarakat Madura, berupa kumpulan rumah yang terdiri dari beberapa keluarga yang masih berada dalam satu ikatan keluarga.

Rumah adat Madura ini terinspirasi dari nilai-nilai falsafah kehidupan sosial budaya mereka. Sebab, masyarakat Madura terkenal kuat dalam hubungan kekerabatan mereka. Tidak heran jika ciri khas dari rumah Tanean Lanjhang ini adalah satu kompleks yang terdiri dari 2-10 rumah.

Pada umumnya, rumah adat Madura Tanean Lanjhang dibangun menggunakan bahan material yang tersedia di alam. Namun, seiring perkembangan zaman, masyarakat Madura menggunakan jenis bahan bangunan yang modern.

Bagian lantai rumah adat ini biasanya hanya menggunakan alas tanah atau plesteran semen. Ketinggian rumah yang biasanya digunakan sekitar 40 sentimeter di atas permukaan tanah. Hal ini berfungsi untuk menghindari merembesnya air ke permukaan lantai dalam rumah saat musim hujan.

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *